Minggu, 29 Maret 2020

Cerpen Tema Kenangan " Suara Hujan di Bulan Februari "


Suara Hujan di Bulan Februari

“ Masih tentang kamu dan tentang hujan dengan rekam – rekam jejak setelah Februari  berlalu”

         Aku tak tahu, dari bagian mana aku harus mengawali ceritaku. Dengan aku memperkenalkan tokoh – tokoh dalam  cerita ini atau terlebih dahulu memperkenalkan diriku? Sepertinya, Aku harus mengurungkan niat untuk secara langsung melahirkan kata yang menggambarkan diriku dari sudut pandang sebagai aku. Aku memberi  kebebasan kepada kalian untuk mengambil kesimpulan tentang diriku seutuhnya.karena memang seperti itu bukan? Meskipun dalam secarik kertas ini aku telah mendoktrin kalian untuk sepakat bahwa aku adalah seorang perempuan yang  mecintai kebebasan, kalian tak akan percaya bahwa aku juga menjauhi sempurna.

Aku lebih suka mengawali ceritaku dengan tokoh – tokoh yang menyenangkan menurutku. Tak banyak, karena aku tidak berinteraksi dengan semua penduduk bumi ini. Atau mungkin harus aku beri tahu juga bahwa aku bahkan hanya mengenal segelintir manusia yang namanya sama – sama tercatat di buku besar milik sekolah kebanggaanku.

Namanya Bumi. Aku tidak sedang bergurau, namanya benar – benar Bumi. Aku lebih suka  mengartikan namanya sebagai Do’a kebaikan yang menggambarkan betapa pentingnya sebuah kata berbagi dalam kehidupan. Aku memikirkan makna dari namanya yang menurutku sangat asing jika kata itu dijadikan nama panggilan bagi seseorang. Bahkan aku mengaitkannya dengan hal-hal aneh yang mungkin saja bisa menjadi jawaban  mengapa orang semenyenangkan dia bernama Bumi. Dan akhir –akhir ini aku tahu mengapa aku tertarik untuk memikirkannya berkali  -kali. karena dia berbeda. Klasik? iya, aku mengakuinya. Aku sendiri kadang suka geram ketika sebagian dari penghuni kelasku lebih memilih menjadi berbeda. Tapi kali ini laki – laki bernama Bumi itu benar – benar berbeda.  Dia memiliki perawakan yang biasa – biasa saja, tidak terlalu tinggi, tidak terlalu memiliki timbunan lemak  atau bahkan aku berani taruhan jika kalian bertemu dengannya, kalian akan sepakat menyebutnya laki – laki yang imut. Dia memang seperti itu,saat pertemuan pertama kami,tubuhnya tidak berubah sama kali. Lalu apa yang membuatnya berbeda?

Senyumnya. Senyumnya benar – benar berbeda.  Garis lengkung yang tercetak diwajahnya memiliki magnet tersendiri. Aku bahkan kembali mengingat bagaimana garis lengkung itu aku terima dari seorang bumi,dan aku kembali tersenyum untuk saat ini. Aku harap  kalian tidak tertarik untuk bertemu dengannya atau mengajaknya berbicara di waktu yang panjang. Aku tidak mau memiliki saingan untuk saat ini. Ha ha ha, aku bergurau. Dia seorang pendiam yang mungkin tidak terlalu memiliki stok kata di dalam faringnya.

Namun mungkin saat ini semesta tengah berbaik hati. Aku mendapatkan balasan dari beberapa pesan yang coba aku kirimkan kepada Bumi. Dan aku mendapatkan fakta baru tentangnya, Dia sebuah planet. Maksudku dia bukan sebuah planet berbentuk bulat pepat yang saat ini menjadi satu – satunya planet yang dapat dihuni, dia sebuah planet untuk orang – orang lain disekitarnya.
Laki – laki bernama Bumi itu ternyata memiliki sisi yang sangat menyenangkan.  Dia memiliki selera humor yang lebih berkelas daripada aku. Dia mampu menempatkan dirinya dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun. Dia menerima semua makhluk hidup yang ingin berteman dengannya atau mungkin aku berani taruhan jika ada semut yang mendekatpun, dia akan mengrekrutnya sebagai teman.  Itulah sebabnya aku melihatnya sebagai sebuah planet daripada menyamakannya dengan sebuah bintang. Dia memiliki orang – orang menyenangkan dalam hidupnya yang selalu ada untuknya. Teman – temannya tidak mengitari dirinya karena dia bukanlah sebuah bintang dengan gaya gravitasi yang besar. Bumi dan teman – temannya mengitari sebuah bintang yang cantik. Tentu saja bukan aku. Bintang itu adalah Ilisha, Ratu Bumi. Dua insan itu memiliki nama yang dapat melengkapi satu sama lain. Gravitasi yang dimiliki  seorang Ilisha mungkin berkali – kalilipat dibandingkan dengan gravitasi milik planetku. Ah ya,dia adalah sebuah bintang sedangkan aku hanyalah sebuah planet biasa.

Aku tidak cemburu. Aku hanya mengangumi seorang Bumi tanpa berharap bahwa dia juga punya kadar kekaguman yang sama untukku. Aku lebih mendukung Bumi menjadi milik Ratunya,Ilisha daripada menjadi milikku. Aku tidak sedang berdrama dengan berakting seperti tokoh paling menyedihkan dalam cerita  ini. Aku benar – benar mendukungnya. aku yang mengatur jadwal antara Bumi dan ratunya menghabiskan waktu libur berdua. Aku yang membelikannya tiket menonton, voucher makan dan sebagai bonusnya aku bisa belajar bersama Bumi. Seperti simbiosis mutualismekan? Aku sama sekali tidak merasa dirugikan.

Ilisha adalah perempuan yang sangat cantik. Ia pandai merawat dirinya dan berdandan sewajarnya. Dia teman baruku setelah aku mengenal Bumi dan teman – temannya. Dia sangat ramah dengan senyum hangatnya. Sama seperti Bumi, dia juga teman yang menyenangkan. Hanya saja kisahnya dengan Bumi tidak bisa kukatakan berjalan lancar. Adikku,Rangga menyukai Ilisha. Aku tidak tahu apakah Ilisha menyukai adikku juga,hanya saja yang kulihat dari sikapnya,dia lebih hangat terhadap adikku daripada Bumi. Dan fakta itulah yang membuat aku dan Bumi memiliki sekat. Dia menjadi berbeda. Dia tetap ramah namun sapaannya tidak menyenangkan.

“ Aku tahu kamu menyukaiku Ra.” Mataku hampir keluar mendengarnya.

“Ah,soal itu aku kira kamu gak tahu Mi.”aku hanya cengengesan.

“ Aku juga tahu adikmu yang bernama Rangga itu menyukai Ratuku,Ilisha.” Ucapnya dan aku hanya diam

“ Menyerahlah Ran, aku gak mau kamu membenciku karena ini.aku hanya menyukai Ilisha. berhenti mendukung hubungan adikmu dan ratuku.”ucapnya dan membuat aku semakin menatapnya heran.

“Bukannya karena ini, kamu yang lebih dulu membenci aku Bumi? “ aku tersenyum ringan. Menghindar dari segala rintik air agar aku tidak berteriak kepada Bumi. Lagi pula manusia mana yang ingin disalahkan bukan? Apalagi untuk menikmati rasa yang robot  canggihpun tak bisa memilikinya.

Dan mulai hari itu aku memutuskan untuk membuat jarak dengan bumi. Soal adikku,aku tidak sepenuhnya setuju jika Rangga yang pada akhirnya memiliki hati si ratu bumi.  Bahkan,setelah kepergian ayah,penyebab kami bertengkar adalah karena Ilisha. Ilisha sering bercerita bahwa aku selalu menjelek –jelekkan dirinya di depan bumi dan itu membuat adikku marah besar. Ada bagian yang tidak aku mengerti disini. Mengapa Ilisha melakukan itu pada aku. Atau mungkin Ilisha takut aku merebut Buminya dan Rangganya.

Aku tidak lagi menyapanya ketika aku dan Bumi berpapasan di koridor sekolah.  Aku mencoba berbenah. Berbenah dari segala rasa yang pernah muncul atas nama Bumi.

“ Ra..” Bumi memanggil namaku setelah hampir 3 minggu kami tak bertukar sapa

“ Kenapa?” aku bertanya

“ Kamu punya masalah apa dihidup kamu Ra? Kamu tau aku suka Ilisha. Berhenti buat dia sakit hati Ra.” Nada suara Bumi meninggi.

“ Maksud kamu apa Mi? Siapa yang buat sakit hati siapa? “ aku balas menatapnya.

“ Kamu bertanya sama Bumi?” dia mendekat. Seram.

“ Kenapa si Bumi? Semua orang mudah banget menyalahkan orang lain?” aku membentaknya. Membentak manusia yang menurut aku paling menyenangkan di planet ini.

Bumi hanya diam. Aku berlari menjauhi planet itu. Planet yang sepertinya hanya mengecualikan aku untuk menjadi satelitnya. Aku benar – benar kecewa hari itu. Semesta seperti memberikan dukungan dengan awan – awan kelabu yang terus saja menurunkan gerimis. Dan aku sendirian. Tidak punya tteman karena hanya Bumi yang mau menerima aku sebagai teman. Atau harus aku ralat? Bumi yang dulu sebelum Bumi tahu aku menyukainya.

Apa salahnya sebenarnya jika kita memutuskan menyukai orang lain tanpa berusaha membuat orang itu memiliki kadar kesukaan yang sama dengan apa yang kita punya? Jika perasaan aneh ini hanya boleh dinikmati oleh beberapa orang saja, apa aku dikecualikan? Aku hanya mampu berteriak pada relung yang tidak mampu didengar seperti suara hujan. Februari yang lalu, hujan selalu disalahkan. Karena genangan, air bersih hilang, mereka menyalahkan sesuatu yang sebenarnya sudah lumrah. Sesuatu yang sebenarnya mampu dicegah dan diperbaiki seperti pertemanan aku dengan Bumi.



Share:

0 komentar:

Posting Komentar