Kamis, 30 Januari 2020

Cerpen Tema Kenangan " Seperti Hujan di Bulan Januari "

Seperti  Hujan di Bulan Januari

“ Aku tahu,kisah kita seharusnya dapat berakhir dengan baik. Aku dan kamu seharusnya sama – sama mengerti. Seperti Januari yang perlu waktu beradaptasi.”

                Seperti bulan Januari yang selalu menjadi awal bagi tahun dan harapan yang baru, Kisah kita berawal dari temu tidak disengaja. Sebelumnya aku tak pernah tahu bahwa semesta melahirkan seorang anak laki – laki seperti dirimu. Sebuah nama yang dimiliki oleh seorang pengirim pesan yang memenuhi ruang obrolan di ponselku akhir – akhir ini. Lagi pula perempuan mana yang mampu menolak sapaan ramah dengan ketukan pintu yang sopan? Siapapun yang tidak memandang rupa,aku rasa perihal kenyamanan hati yang dicari bukan ?

Awal dari kisah kita memang tidak berjalan dengan baik. Sebelumnya bahkan kita tak pernah bertatap muka hanya untuk sekadar menyebutkan nama. Seperti awan- awan disana yang tiba – tiba menumpahkan kekesalan tanpa tanda.
Sebuah permintaan lagi – lagi menjadi alasan kita mewujudkan temu. Aku masih ingat bagaimana dulu kamu yang bahkan tidak tahu banyak tentang aku, meluangkan waktumu untuk menunggu.  Padahal saat itu,aku sendiri masih diselimuti oleh ragu

“ Aku pulang sendiri aja A Ifa,” Aku menghampirinya sekejap

“ Aku udah nunggu loh Na, kan sekarang hari kamis.” kamu mengelak.

“ Aku masih bisa sendiri A Ifa” Aku berlalu meninggalkan dia untuk menciptakan jarak. Dan kamu pergi tanpa mengejar lagi.

Aku juga masih ingat bagaimana dulu caraku menimbang – nimbang. Di tengah beberapa kabar yang aku dengar tentang dirimu dan menambah volume raguku untuk memutuskan menandai namamu.  

“ Kamu tahu Na, dia itu tipikal laki –laki yang hidupnya penuh dengan penasaran.” Temanmu yang memperkenalkan kita mulai berbicara.

“ maksudnya penasaran?” aku kembaliheran.

“ Ya gitu, kalau rasa penasarannya udah terjawab,ya selesai. Maksudnya dia bisa terlalu cepar mengakhiri dan memilih awal yang baru. “ dia menjelaskan lagi.

Aku hanya mengangguk.

“ Aku udah anggap kamu seperti adik. Jadi hati – hati. Meskipun disini aku sebagai temannya yang harus mendukungnya,tapi untuk yang satu ini aku berdiri di oposisi. “

“ Aku tahu. A Arif memang kakak aku.”

“ Sebenarnya semuanya ada di keputusan kamu. Aku cuman bisa berharap kalau nanti  kamu milih dia dan yakin dengan dia, kamu dan dia selalu baik – baik saja. Bagaimanapun juga Na..” laki-laki di hadapanku ini menatapku sepenuhnya.

“ Menyukai seseorang tidak semudah itu.” Dia tersenyum. Mengacak – ngacak rambutku kemudian pamit pulang.

Kamu harus tahu,ada satu hal lagi yang membuat aku sepenuhnya membiarkan kamu dengan aku yang lain dan mulai menciptakan sekat agar kita tidak bertemu.

“ Kamu dulu pernah cerita sama aku tentang kakak kelas yang ini kan? “ temanku memperlihatkan fotomu.

“Iya,kenapa? Oh iya,aku dengar kalian satu ekstrakulikuler sekarang ya?” aku tersenyum.

“ Justru itu yang aku mau bicarain sama kamu Na, “ alisku terangkat mempersilahkan dia untuk melanjutkan ceritanya.

“ Aku dengar dia lagi membuat hubungan serius sama salah satu anak di ekstrakulikuler itu.”

“Maksudnya?” aku bertanya lagi.

“ Rani, kamu tahu kan? Iya, dia deket - deket sama anak yang namanya Rani.” Ceritanya selesai. Temanku menatapku iba. Aku hanya tersenyum. Menyingkirkan segala prasangka buruk tentang kamu.

Entah siapa yang pergi dengan siapa. Atau siapa yang ingin pergi dan mengajak siapa. Pada akhirnya, kisah kita berarakhir dengan dua kepergian.  Kamu yang lebih dulu dan aku dengan alasan yang aku tuangkan dalam tulisan.

Seperti hujan di bulan Januari yang menambah riuh masalah yang hadir. Mengenalmu membuat aku sendiri bernafas dengan hari – hari yang dipenuhi ragu. Lagi –lagi dengan dua pilihan antara menyambutmu atau menutup pintu.  ah ya,  bahkan sebelum aku  membukakan pintu,kamu lebih dulu meninggalkan sosok aku.

Seperti setelah hujan reda, aku pikir hari –hari setelah kamu pergi aku akan baik- baik saja. Hatiku memang masih seutuhnya berada pada genggamanku. Namun teman –temanmu selalu sukses membuat suasana hatiku tidak baik- baik saja setelahnya. Jika aku boleh melahirkan kata lagi, aku tak akan menuliskan kisah kita tanpa sengaja. Aku selalu menikmatinya . Menikmati setiap keluhan diakhiri perpisahan dengan jarak yang kamu ciptakan.




Share:

5 komentar: